Teori Pembelajaran dan Praktik
Desain Pengajaran
Apa
perbedaan di antara teori-teori pembelajaran dalam kaitannya dengan praktik
desain pengajaran? Apakah satu pendekatan lebih mudah dicapai daripada yang
lain? Untuk menunjukkan hal ini, orang mungkin mempertimbangkan bahwa teori
kognitif adalah teori yang dominan dalam desain pengajaran dan banyak strategi
pengajaran yang dianjurkan dan digunakan oleh para behavioris yang juga
digunakan oleh pada kognitivis, tapi untuk alasan yang berbeda. Misalnya, kaum
behavioris menilai pada pembelajar menentukan suatu titik berangkat bagi
pengajaran, ketika kaum kognitivis melihat pembelajar menentukan kecenderungan
mereka terhadap pembelajaran (Ertmer & Newby, 1993). Dengan mengingat hal
ini, praktik desain pengajaran bisa dipandang dari pendekatan behavioris /
kognitivis sebagai lawan dari pendekatan konstruktivis.
Ketika
mendesain dari sudut pandang behavioris / kognitivis, desainer menganalisis suatu
dan membentuk satu tujuan. Tugas individu adalah menguraikannya dan sasaran
pembelajaran pun dikembangkan. Evaluasi terdiri dari penentuan apakah kriteria
bagi sasaran itu telah sesuai atau tidak. Dalam pendekatan ini, desainer
memutuskan apa yang penting untuk diketahui pembelajar dan berusaha mentransfer
pengetahuan tersebut kepada sang pembelajar. Kemasan pembelajaran merupakan
satu sistem yang agak tertutup, meski mungkin terjadi beberapa percabangan dan
perbaikan, sang pembelajar masih terbatasi dengan “dunia” desainer.
Mendesain
dari pendekatan konstruktivis mengharuskan desainer menghasilkan sebuah produk
yang pada hakikatnya jauh lebih fasilitatif daripada preskriptif (kaku atau
tidak fleksibel). Muatannya pun tidak ditetapkan sebelumnya, sedangkan
arahannya ditentukan oleh pembelajar dan penilaiannya jauh lebih subjektif
karena ia tidak tergantung pada kriteria kuantitatif yang spesifik, tapi lebih
tergantung pada proses dan evaluasi diri sang pembelajar. Tes tertulis standar
terhadap pembelajaran keunggulan tidak digunakan dalam desain konstruktif,
malahan, evaluasi didasarkan pada catatan-catatn, draf awal, produk akhir, dan
jurnal.
Disebabkan
karena hakikat pembelajaran konstruktif yang subjektif dan berbeda, akan lebih
mudah bagi seorang desainer untuk bekerja dengan sistem tersebut, dan dengan
demikian menjadi pendekatan objektif bagi desain pengajaran. Hal itu bukan
berarti bahwa teknik desain pengajaran klasik lebih baik daripada desain
konstruktif, tapi ia lebih mudah, lebih hemat waktu, dan kemungkinan besar
kurang mahal untuk mendesain dalam suatu “sistem tertutup” daripada pada sistem
“terbuka”. Mungkin, ada beberapa kebenaran dalam pernyataan bahwa,
“Konstruktivisme adalah sebuah ‘teori pembelajaran’, lebih dari sekedar
pendekatan pengajaran” (Wilkinson, 1995).
Teori-Teori Pembelajaran : Kekuatan
dan Kelemahan
Kekuatan
dan kelemahan apa yang dirasakan selama menggunakan pendekatan teoritis
tertentu dalam desain pengajaran ?
1. Behaviorisme
Kelemahan
§ Pembelajar
mungkin menemukan dalam sebuah situasi di mana stimulus bagi respons yang benar
tidak terjadi, karenanya pembelajar tidak bisa menanggapinya.
§ Seorang
pekerja yang telah dikondisikan untuk menanggapi sebuah isyarat tertentu pada
saat pekerjaan berhenti berproduksi ketika sebuah anomali terjadi karena mereka
tidka memahami sistem tersebut.
Kekuatan
§ Pembelajar
difokuskan pada sebuah tujuan yang jelas dan bisa menanggapi secara automatis
segala isyarat dari tujuan tersebut.
§ Pilot
Perang Dunia II dikondisikan untuk bereaksi terhadap siluet pesawat musuh,
sebuah respons yang orang akan harpa menjadi automatis.
2. Kognitivisme
Kelemahan
§ Pembelajar
mempelajari sebuah cara menyelesaikan sebuah tugas, tapi ia mungkin tidak
menjadi cara terbaik, atau disesuaikan dengan pembelajar tersebut atau
situasinya. Misalnya login ke intenret pada satu komputer mungkin tidak sama
seperti login pada komputer yang lain.
Kekuatan
§ Tujuan
adalah melatih pembelajar untuk melakukan sebuah tugas dengan cara yang sama
dengan memampukan konsistensi.
§ Melakukan
login dan kemudian keluar pada komputer kerja adalah sama bagi semua pegawai,
mungkin yang penting adalah menjalankan kerutinan yang pasti untuk menghindari
masalah.
3. Konstruktivisme
Kelemahan
§ Dalam
sebuah situasi dimana kesesuaian adalah pemikiran dan aksi esensial yang berbeda
mungkin menyebabkan masalah. Membayangkan bersenang ria di Revenue Canda jika
setiap orang memutuskan untuk melaporkan pajak-pajak mereka dalam cara mereka
sendiri, meskipun kemungkinan ada beberapa pendekatan “konstruktif”: yang
digunakan dalam sistem yang kita punyai.
Kekuatan
§ Karena
pembelajar mampu menafsirkan realitas-realitas ganda, pembelajar menjadi mampu
dengan lebih baik menghadapi situasi kehidupan nyata. Jika seorang pembelajar
bisa menyelesiakan masalah, mereka mungkin menggunakan pengetahuan yang mereka
punyai dengan lebih baik bagi sebuah situasi baru (Schuman, 1996).
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
1. Pandangan Behavioristik dan
Konstruktivistik tentang Belajar
BEHAVIORISTIK
|
KONSTRUKTIVISTIK
|
Behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti dan tetap, serta tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi.
|
Konstruktivistik
memandang bahwa pengetahuan adalah tidak objektif, bersifat temporer, selalu
berubah-ubah dan tidak menentu.
|
Belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
kepada orang yang belajar
|
Belajar adalah
menyusun pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaborasi, dan
refleksi seta interpretasi. Sedangkan mengajar menata lingkungan agar sang
pembelajar termotivasi dalam menggali dan menghargai ketidakmenentuan.
|
Sang pembelajar
diharpakan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Artinya apa yang dipahami oleh pengajar itulah yang harus dipahami oleh sang
pembelajar.
|
Sang pembelajar akan
memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada
pengalamannya dan perspektif yang dipakai dalam mengintrospeksikan nya.
|
2. Pandangan Behavioristik dan
Konstruktivistik tentang Tujuan Pembelajaran
BEHAVIORISTIK
|
KONSTRUKTIVISTIK
|
Tujuan pembelajaran
ditentukan tentang penambahan pengetahuan
|
Tujuan pembelajaran
ditentukan tentang bagaimana belajar
|
3. Pandangan Behavioristik dan
Konstruktivistik tentang Strategi Pembelajaran
BEHAVIORISTIK
|
KONSTRUKTIVISTIK
|
Penyajian isi menekankan
pada ketrampilan yang terisolasi dan mengakumulasi fakta dengan mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan
|
Penyajian isi
menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna mengikuti urutan dari
keseluruhan ke bagian
|
Pembelajaran
mengikuti urutan kurikulum secara ketat
|
Pembelajaran lebih
banyak diarahkan untuk meladeni atau melayani pertanyaan dan pandangan sang
pembelajar
|
Aktivitas belajar
lebih banyak didasarkan pada buku teks dan penekanan pada ketrampilan
|
Aktivitas belajar
lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan manipulatif dengan
penekanan pada keterampilan berpikir kritis
|
Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil
|
Pembelajaran
menekankan pada proses
|
4. Pandangan Behavioristik dan Konstruktivistik
tentang Strategi Evaluasi
BEHAVIORISTIK
|
KONSTRUKTIVISTIK
|
Evaluasi menekankan
pada respons pasif. Ketrampilan secara terpisah dan biasanya menggunakan tes
tertulis
|
Evaluasi menekankan
pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan ketrampilan terintegrasi,
dengan menggunakan masalah dalam konteks nyata
|
Evaluasi dengan
menuntut jawaban benar menunjukkan bahwa sang pembelajar telah menyelesaikan
tugas belajar
|
Evaluasi dengan
menggali dan berpikir secara berbeda, pemecahan ganda, bukan hanya jawaban
benar
|
Evaluasi belajar
dipandang sebagai bagian terpisah dari kegiatan pembelajaran dan biasanya
dilakukan setelah kegiatan belajar dengan penekanan pada evaluasi individu
|
Evaluasi merupakan
bagian utuh dari belajar dengan cara memberikan tugas-tugas yang menuntut
aktivitas belajar bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks
nyata. Evaluasi akan menekankan pada keterampilan dan proses dalam kelompok
|
Teori Belajar Klasik
Teori belajar klasik
didasarkan pada pemikiran para filosofis yang bersifat subjektif :
1.
Teori disiplin mental / psikologi
fakultas / psikologi unsur
Belajar
melalui introspeksi otak manusia yang terdiri atas bagian-bagian yang memiliki
tugas berbeda (berpikir, meraba, fantasi, perasaan, kehendak). Jiwa manusia
terdiri dari unsur-unsur tertentu dan unsur-unsur tersebut disebut dengan
daya-daya jiwa. Orang akan dapat belajar jika mentalnya dilatih dengan kjeras
terutama daya nalarnya dan selanjutnya belajar identik dengan mengasah otak.
Pandangan klasik : orang pintar adalah orang yang menguasai ilmu pasti (logis
matematik dan logis bahasa).
2.
Teori humanisme klasik /
naturalisme
Teori
humanisme klasik diajukan oleh Maslow, sedangkan naturalisme dikembangkan oleh
J.J Rousseau dan Pestalzzi.
§ Ia
mengumpulkan biografi orang-orang terkenal dari berbagai bidang.
§ Semua
orang normal berpotensi menjadi orang hebat.
§ Manusia
sebagai satu kepribadian yang utuh, dan dalam jiwa mnausia ada tiga aspek,
yaitu afektif, kognitif dan psikomotor.
§ Naturalisme
oleh J.J Rousseau mengatakan bahw aanak pada waktu lahir adalah baik, jika anak
rusak itu akibat pengaruh lingkungan. Karena pada waktu itu moral manusia pada
level yang terpuruk.
§ Belajar
adlah membiarkan anak utmbuh dan berkembang dengan sendirinya secara alamiah
dan tidak diapa-apakan.
§ Freedom
to learn berarti “membiarkan anak belajar dengan bebas, karena orang dapat
mengaktualisasikan dirinya secara penuh jika orang tersebut tidak diganggu.”
3.
Teori apersepsi dan teori
tabularasa / empirisme
§ Otak
manusia seperti wadah yang siap menampung apa saja dan pengetahuan yang telah
masuk tersebut disebut apersepsi.
§ Teori
tabularasa / empirisme yang dilontarkan oleh John Lock menyatakan bahwa “Anak
bagaikan kertas kosong yang siap ditulis oleh pendidik dan linkgungan yang
mempunyai pengaruh terhadap anak itu nantinya.
TAKSONOMI DOMAIN PSIKOMOTOR
Ada
tiga taksonomi utama domain psikomotor, yaitu sebagai beriktu :
1. Apa yang dilontarkan oleh R. Dave
dalam karyanya Psychomotor Domain (1967)
Tingkat
|
Definisi
|
Kata
Kerja yang Memungkinkan
|
Mengimitasi
|
Mengamati sebuah
keterampilan dan berusaha mengulanginya atau melihat sebuah produk yang
terelesaikan dan berusaha untuk menirunya ketika hadir dalam bentuk contoh
|
Berusaha, menyalin,
men duplikasi, mengimitasi, meniru-niru dan seterusnya
|
Memanipulasi
|
Memainkan
keterampilan atau menghasilkan produk dalam suatu mode yang bisa diakui
dengan mengikuti pengajaran-pengajaran umum daripada pengamatan
|
Menyelesaikan,
mengikuti, memainkan, melaksana-kan, menghasilkan dan seterusnya
|
Presisi
|
Secara independen memainkan
ketrampilan atau menghasilkan sebuah produk dengan akurasi, proporsi, dan
kepastian pada suatu tingkatan yang ahli
|
Mencapai secara
automatis, mengatasi dengan ahli, memainkan dengan bagus sekali
|
Artikulasi
|
Memodifikasi
ketrampilan atau produk untuk menye-suaikan dengan situasi baru,
mengombinasikan lebih dari satu ketrampilan dalam rangkaian dengan harmoni
dan konsistensi
|
Mengadaptasi,
mengubah, mengarah pada kondisi yang lebih baik, memulai dan seterusnya
|
Naturalisasi
|
Menyelesaikan satu
keterampilan atau lebih dengan mengurangi dan membuat ketrampilan automatis
dengan penggunaan fisik atau mental yang terbatas
|
Secara natural,
secara sempurna dan seterusnya
|
2. Apa yang dinyatakan E. Simpson
dalam karyanya , The Classification of
Educational Objectives in The Psychomotor Domain : The Psychomotor Domain (1972)
Tingkat
|
Definisi
|
Kata
Kerja yang Memungkinkan
|
Perspesi
|
Kemampuan untuk
meng-gunakan isyarat sensoris untuk memandu aktivitas fisik
|
Membedakan,
mengiden-tifikasi, menyeleksi dan seterusnya
|
Perangkat
|
Kesiapan untuk
bertindak, mengharuskan pembelajar mendemonstrasikan sebuah kesadaran atau
pengetahuan tentang perilaku yang dibutuhkan untuk menggunakan ketrampilan
|
Mengasumsikan sebuah
posisi, mendemonstrasikan menunjukkan, dan seterusnya
|
Memandu Respons
|
Tahapan awal
pembelaja-ran ketrampilan yang kompleks, memasukkan imitasi, bisa
menyelesaikan langkah-langkah yang terlibat dalam ketrampilan sebagaimana
yang diarahkan
|
Berusaha, mengimitasi,
mencoba dan seterusnya
|
Mekanisme
|
Kemampuan untuk
melakukan suatu ketrampi-lan motoris yang komplek, tahpaan pembelajaran
lanjutan sebuah ketrampilan yang kompleks
|
|
Respons kompleks yang
jelas
|
Kemampuan untuk
menggunakan ketrampilan psikomotor yang komplet secara benar
|
Menyelesaikan,
mengope-rasikan, melaksanakan dan seterusnya
|
Adaptasi
|
Bisa memodifikasi
ketrampilan motoris agar sesuai dengan sebuah situasi baru
|
Mengadaptasi,
memodifikasi, merevisi dan sterusnya
|
Mencipta
|
Kemampuan mengembang
kan sebuah ketrampilan asli yang menggantikan ketrampilan seperti yang pada
awalnya dipelajari
|
Menciptakan,
mendesain, memulai sesuatu, dan seterusnya
|
3. Apa yang digambarkan A. Harrow,
dalam karyanya A Taxonomy of The
Psychomotor Domain : A Guide for Developing Behavioral Objectives (1972)
Tingkat
|
Definisi
|
Kata
Kerja yang Memungkinkan
|
Gerakan relfeks
|
Refleks segmental,
inter-segmental, dan supra-segmental
|
Menanggapi, dan
seterusnya
|
Gerakan fundamental
dasar
|
Gerakan lokomotor,
gerakan non-lokomotor dan gerakan manipulatif
|
|
Kemampuan perseptual
|
Kemampuan kinestetik,
visual, audio, dan diskriminasi nyata serta kemampuan terkoordinasi
|
|
Kemampuan fisik
|
Daya tahan, kekuatan,
fleksibilitas, & ketangkasan
|
|
Gerakan terampil
|
Keterampilan
sederhana, gabungan, dan ketrampilan adaptif yang kompleks
|
Memasang,
menyesuaikan mengonstruksi, membedah dan seterusnya
|
Komunikasi
nondiskursif.
|
Gerakan ekspresif dan
interpretif.
|
Menyusun,
menciptakan, menggubah, mendesain, memulai sesuatu, dan seterusnya.
|
Keseluruhan materi disarikan dari buku sumber :
Mark K Smith, dkk.
(2010). Teori Pembelajaran & Pengajaran.
Jogjakarta : Mirza Media Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar